Sejarah

Sejarah Singkat berdirinya Paroki Santo Yusup Jember

Pada tahun 1913 di Probolinggo dibeli sebidang tanah. Di atas sebidang tanah ini kemudian para imam Karmelit membangun Gereja Probolinggo, yang lalu diresmikan pada tahun 1924.
Pada tahun 1913 itu, Pastor Linus Henckens O.Carm. yang merupakan "Pastor Perjalanan Dinas", dari Probolinggo melanjutkan karya misioner ke Jember dan daerah sekitarnya.
Di Jember, beliau menjumpai banyak orang Katolik tersebar di berbagai tempat tanpa memperoleh pendampingan secara tetap dan penuh dari seorang pastor. Mereka adalah para pekerja di perkebunan-perkebunan dan kebanyakan mereka berkebangsaan Belgia, Inggris, Amerika dan Jerman.
Melihat kenyataan ini, Pastor Linus Henckens O.Carm. mencoba merintisnya menjadi sebuah stasi. Namun sayang tidak didapati catatan yang tepat tentang tanggal  diadakan Perayaan Ekaristi pertama kalinya di daerah ini.
Pada awalnya, bila kunjungan jatuh pada hari biasa, Pastor Linus Henckens O.Carm mengadakan perayaan Ekaristi di rumah seorang karyawan Katolik SS (Staats Spoorwegen). Sedangkan pada hari Minggu, Perayaan Ekaristi diadakan di gedung Pengadilan Negeri (Landraad) atau di rumah Asisten Residen (Kantor Pemerintah Daerah). Tempat penginapan untuk pastor yang berkunjung di kota adalah ”Hotel Jember” yang kini telah beralih fungsi menjadi Gedung BRI.
Disamping itu, di daerah Sukoreno banyak bermukim orang-orang Katolik asal Mendut, Jawa Tengah yang sudah lama tidak mendapat pelayanan Ekaristi. Sebelumnya mereka mendapat pelayanan dari pastor Prentthaler, SJ yang pernah berkarya di Jember. Dan oleh karena informasi dari pastor Frennthaler, SJ tersebut, maka Pastor Linus Henckens O.Carm. berkunjung ke sukoreno dan menjumpai puluhan keluarga Katolik dan tinggal untuk sementara waktu di sana, lalu kemudian melaporkan bahwa Sukoreno bisa menjadi Stasi harapan. Dan akhirnya harapan tersebut mulai nampak terwujud pada 24 Mei 1926 dengan diberkatinya sebuah gedung Standaard School bersama dua ruang kelas untuk tempat ibadat darurat. Ini juga merupakan cikal bakal keberadaan umat Katolik di Jember.  Baru pada tanggal 20 Oktober 1936 diberkati menjadi sebuah kapel Stasi Sukoreno.
 Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1919 ada usaha membeli sebidang tanah untuk dibangun gereja, tetapi kemudian tanah ini dijual lagi karena dianggap kurang cocok.
Diatas tanah tersebut kemudian didirikan Bioskop Sampurna (Ada di sebelah pertokoan Johar / Matahari Mall).
Pada tanggal 4 September 1926, dibeli lagi sebidang tanah sawah dari Raden Ario Widjoyo Koesoemo. Letaknya di Schoolstraat no.20 dan kini menjadi Jl. R.A. Kartini no. 26, 28, 30.

Pada tanggal 16 Juli 1927 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Pastoran dan Gereja oleh Pastor Clemens Van Der Pas O.Carm. dan pada 11 Maret 1928 bangunan pastoran dan gereja diresmikan dengan pemberkatan meriah juga oleh beliau yang pada saat itu telah menjadi Monsignor.

Baru kemudian pada tanggal 4 Juni 1928, Jember diresmikan menjadi sebuah paroki yang berlindung di bawah naungan Santo Yusup. Pastor Paroki pertama yang menetap di Jember adalah Pastor Lucas van der Linden O.Carm.

Gereja Paroki Santo Yusup Jember dibangun dengan corak seni Gothik. Menara lonceng dan bangunan dibangun dengan tembok batu bata merah expose dengan jendela-jendela kaca berwarna. Atap menggunakan atap sirap.

Namun sayang gereja yang berdiri dengan indah tersebut harus mengalami kerusakan berat saat pendudukan Jepang. Inilah masa kelam dalam sejarah gereja paroki Santo Yusup.  Gereja hancur, dokumen-dokumen penting hilang, pastor-pastor ditangkap.

Tapi meski demikian pertemuan umat dan Perayaan Ekaristi tetap diusahakan. Sementara kegiatan kegerejaan dipindahkan di rumah bp. E. Santoso di jalan Diponegoro gg.VIII.
Baru kemudian setelah Jepang kalah perang, kegiatan kembali diadakan di Gereja.Tak terhitung perbaikan yang perlu dilakukan akibat pengrusakan oleh tentara Jepang. Pada tahun 1950 s/d 1957 secara bertahap dilakukan pemugaran bangunan gereja. Tembok yang tadinya menggunakan bata expose, kini dilapisi semen dan atap sirap diganti dengan genteng karangpilang. Pada tahun 1974 dilakukan pemugaran lagi serta perluasan gedung gereja karena jumlah umat makin bertambah.

Pada tahun 2007 ditambahkanlah kanopi pada bagian depan dan juga penempatan patung Nabi Elia dan Nabi Elisa di pintu masuk gereja.

Pada tahun 2017, tepatnya bulan Nopember dibawah kepemimpinan Rm. Henrikus Suwaji, O.Carm., untuk ketiga kalinya gereja ini mengalami renovasi, atau mungkin bisa disebut restorasi++, karena berusaha mengembalikan bentuk awal gereja ini dengan sedikit sentuhan modern. Pekerjaan renovasi ini dilaksanakan secara marathon, agar dapat diselesaikan sesuai jadwal yaitu sebelum HUT Paroki ke 90.
Selama proses renovasi dilaksanakan, kegiatan utama seperti Misa Mingguan dipindahkan sementara di SMAK Santo Paulus dengan meminjam Aula yang disulap interiornya sehingga Panti Imam mirip dengan Panti Imam di gereja paroki, dengan harapan agar umat yang menghadiri misa merasa tidak sedang mengikuti misa di dalam aula. Sedangkan kegiatan misa harian dan kegiatan dengan dengan volume kecil, diadakan di aula gereja dan areal disekitarnya.

Pada Sabtu 02 Juni 2018, dilaksanakan ibadat pemberkatan dan dilanjutkan dengan peresmian gereja oleh Uskup Keuskupan Malang, Mgr. Henricus Pidyarto, O.Carm bersama dengan Bupati Jember dr. Hj. Faida. MMR., beserta jajaran Forkopimda dan para tokoh umat Katolik.










7 komentar:

  1. Kok nda ada fotonya. Tadinya berharap ada foto lama dan baru, eh malah gk ada foto sama sekali..😅

    BalasHapus
  2. Kurang informatif mestinya ada photo lama dan jaman NOW.

    BalasHapus
  3. It's great, truly great to learn & know the establishment of The amazing Church of Catholic in Jember ***

    BalasHapus
  4. Selamat malam ada sedikit koreksi saya untuk penulis... Untuk kedatangan Imam Karmel ke Indonesia ialah tahun 1923 sehingga pernyataan bahwa Romo Linus Henckens, O.Carm. sudah melakukan "Perjalanan Dinas" di Jember pada tahun 1913 itu kurang tepat. Sebelum tahun 1923 umat Katolik Jember masih dilayani oleh "Perjalanan Dinas" Imam Jesuit Romo Hoevenaars, S.J., Romo Fisscher, S.J. dan Romo Helling, S.J.

    BalasHapus